
HARI NATAL
Bagi banyak orang berbicara tentang Natal berarti berbicara tentang sinterklas, liburan keluarga, baju baru, kue natal, dan jutaan kebahagiaan yang melekat bersama momen natal tersebut. Menurut ku tidak salah apabila kita mengindeintifikasi natal dengan kebahagiaan karena kabar natal adalah kabar kebahagiaan bagi dunia. Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir;kelahiran. Perayaan Natal adalah perayaan untuk memperingati hari kelahiran sang juru selamat, Yesus sang Kristus. Bagaimana cara dan perkembangan kebudayaan memperingati Natal adalah ragam kekayaan iman dan istiadat Gereja. Pada kesempatan ini, penulis ingin membagikan natal dalam kacamata seorang NTT. Di sini, mayoritas penduduk adalah orang nasrani. Tidak heran bila perayaan Natal begitu terasa kental di wilayah yang masuk waktu Indonesia Tengah ini. Diawal bulan saja lagu-lagu natal sudah mulai dibuka di setiap rumah. Euforia menjelang Natal juga akan semakin terasa saat para anak-anak kecil saling berperang meriam bambu, langit-langit kota akan dihiasi taburan kembang api begitu cara kami menandakan Natal. Andai saja aku tak biasa melihat kalender, jarang mengecek tanggal tapi aku akan tahu kalau Desember telah tiba karena suasananya memang terlalu pekat untuk tidak tidak dirasakan. Juga kota kami akan terasa makin dingin karena memang memasuki bulan desember kami memasuki musim penghujan. “laron-laron” akan ramai di jalanan. Aksesoris natal akan menghiasi setiap rumah dan setiap toko akan menggantug tulisan Merry Christmas . kehangatan Natal akan menjalar sampai kemalam-malam dingin kota kami. Pada tanggal 25 Desember biasanya semuanya seketika akan tenang beberapa jam karena semuanya tanpa terkecuali (selain saudara-saudara yang berbeda iman) semuanya mengenakan baju terbaik mereka dan berangkat ke Gereja. Di kota kami, di pelosok NTT, kami saling menjaga kerukunan. Tidak ada isu SARA yang pernah terjadi, Kami menghargai perbedaan, tidak heran bila di natal beberapa tahun belakangan, saat umat Kristiani merayakan Natal di Gereja nya, umat-umat muslim, para remaja akan menjaga keamanan di luar Gereja. Begitulah kami, kedamaian natal hidup di tengah-tengah kota kami. Kota kami adalah kota yang mayoritas nya Nasrani tetapi di jantung kota kami berdiri masjid megah nan indah. Kemudian, saat malam natal tiba, rumah-rumah akan menjadi lebih ramai, akan ada “nalo” atau perjamuan, akan ada karoake di tiap rumah, kemudian pada tengah malam semuanya akan berdoa, dan mulai duduk melingkar untuk mendengarkan sharing atau cerita dari anggota keluarga lainnya. Esoknya, kami akan sibuk menerima tamu dari begitu banyak kenalan yang akan mampir untuk mengucap selamat natal. Saat aku masih kecil, aku dan geng kecil yang terdiri atas saudara-saudari ku akan berjalan didepan om tanta untuk memgang tangan dan mengucapkan selamat Natal. Begitulah Natal terjadi di daerahku. Semuanya akan mulai sibuk berbahagia, ada keluarga-keluarga yang memutuskan untuk pergi berlibur, mengunjungi kakek-nenek, ada yang memilih natal di kota ini. Tidak ada yang salah karena kami membawa damai dan bahaia Natal di hati kami masing-masing.